Bimbingan Belajar / Bimbel Definisinya



1. Definisi Belajar
Terdapat beberapa definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut.
a. Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah oleh praktek dan latihan (Garry & Kingsley, 1970 : 15)
b. Belajar ialah perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku atau kemampuan yang merupakan hasil dari pengalaman (Vanderzanden dan Pace, 1984).
c. Belajar ialah proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu, yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan berdasarkan atas kecenderungan tanggapan bawaan, kematangan, atau keadaan – keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat – obatan, dan sebagainya (Hilgard dan Bower, 1975 : 2).Meskipun terdapat beberapa perbedaan pendapat dari masing – masing ahli, namun rupanya terdapat kesamaan pendapat dari para ahli tersebut bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dia telah dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dalam bentuk tujuan atau sasaran belajar. Misalnya setelah belajar mata kuliah bimbingan dan konseling, mahasiswa dapat menjelaskan, melaksanakan bimbingan dan konseling, dan sebagainya.


2. BIMBINGAN BELAJAR
Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancer dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Murid-murid seperti ini perlu diberikan bantuan atau pertolongan yang disebut dengan layanan BIMBINGAN BELAJAR. Terdapat beberapa pengertian BIMBINGAN BELAJAR menurut para ahli antara lain sebagai berikut.
a. BIMBINGAN BELAJAR merupakan salah atu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menujukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. seringkali kegagalan itu terjadi disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai (Prayitno, 2004 : 279).
b. BIMBINGAN BELAJAR yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik (Nurihsan, 2003 : 20).
c. BIMBINGAN BELAJAR merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara – cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan – tuntutan belajar di suatu instusi pendidikan (Winkel, 1997 : 140).
d. BIMBINGAN BELAJAR adalah suatu proses pemberian bimbingan dari pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan mengembangkan keterampilan serta kebiasaan belajar agar mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya (Munandar, 1999).
e. BIMBINGAN BELAJAR adalah proses pemberian bantuan dari guru pembimbing terhadap siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal (Cece Rakhmat, 1997 : 35).
f. BIMBINGAN BELAJAR yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah – masalah belajar (Syamsu Yusuf, 2006 : 37).


Dengan bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan layanan BIMBINGAN BELAJAR ialah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) untuk dapat mengatasi masalah – masalah yang dihadapinya dalam belajar, agar setelah melaksanakan kegiatan belajar – mengajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki masing – masing.
Secara umum, BIMBINGAN BELAJAR bertujuan untuk mencapai penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Secara khusus, tujuan BIMBINGAN BELAJAR adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat memahami dirinya, misalnya siswa dapat memahami keunggulan dan kelemahan diri. Hal ini dapat tercipta jika siswa merasa aman dan bebas untuk mengungkapkan dan mewujudkan dirinya.
b. Siswa memiliki keterampilan belajar, misalnya keterampilan untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan.
c. Siswa mampu memecahkan masalah belajar, misalnya bagaimana cara menyelesaikan persoalan secara kreatif, tiak cukup untuk hanya mengemukakan macam – macam gagasan atau menghasilkan sejumlah kemungkinan penyelesaian masalah.
d. Terciptanya suasana belajar yang kondusif bagi siswa.
e. Siswa memahami lingkungan pendidikan.


Untuk melaksanakan layanan BIMBINGAN BELAJAR tersebut dengan baik maka dapat dilakukan langkah – langkah sebagai berikut:
a. Menentukan murid – murid yang mengalami masalah belajar.
b. Mengungkapkan sebab – sebab terjadinya masalah belajar.
c. Membantu murid mengatasi masalah yang dialaminya dalam belajar.
d. Melaksanaan penilaian untuk menentukan sejauh mana layanan bantuan yang telah diberikan mencapai hasil yang diharapakan.
e. Melaksanakan usaha – usaha tindak lanjut dari layanan – layanan sebelumnya.


3. Jenis – Jenis Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seseorng murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Hal tersebut berhubungan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimilikinya dan juga mungkin karena lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah seperti ini tidak hanya dialami oleh murid – murid yang terbelakang saja, tetapi juga dapat dialami oleh murid – murid yang pandai atau cerdas. Masalah – masalah belajar tersebut dapat digolongkan atas :
a. Sangat cepat dalam belajar, yaitu murid – murid yang tampaknya memiliki bakat akademik yang cukup tinggi, memiliki IQ sebesar 130 atau lebih, dan memerlukan tugas – tugas khusus yang terencana.
b. Keterlambatan akademik, yaitu murid – murid yang tampaknya memiliki intelegensi normal tetapi tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.
c. Lambat belajar, yaitu murid – murid yang tampaknya memiliki kemampuan yang kurang memadai. Mereka memiliki IQ sekitar 70 – 90 sehingga perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan khusus.
d. Penempatan kelas, yaitu murid – murid yang umur, kemampuan, ukuran, dan minat – minat social yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya.
e. Kurang motif dalam belajar, yaitu murid – murid yang kurang semangat dalam belajar. Mereka tampak jera dan malas.
f. Sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu murid – murid yang kegiatan atau perbuatan belajarnya berlawanan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya, seperti suka menunda – nunda tugas, belajar pada saat akan ujian saja.
Kehadiran di sekolah, yaitu murid – murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.


http://oneboyariyanta.blogspot.com/2013/03/bimbingan-belajar-definisi-belajardan.html




MAKALAH BIMBINGAN BELAJAR




BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna BIMBINGAN BELAJAR
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu mendapat pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Dari kedua definisi yang dikemukakan dapat disimpulkan mengenai pengertian bimbingan sebagai berikut :
- Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu yang membutuhkannya, bantuan yang diberikan tidak adanya unsur paksaan serta diberikan secara berencana dan sistematis.
- Bimbingan diberikan kepada individu dengan maksud agar ia dapat memahami dirinya, kemudian mengarahkan dirinya sehingga tercapai kebahagiaan hidup pribadi.
BIMBINGAN BELAJAR atau binbingan akademik adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas, BIMBINGAN BELAJAR bisa bermakna sustu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.
Bagaimana cara belajar yang baik dan
Relevan dengan makna di atas, Surya (1988) menyatakan bahwa BIMBINGAN BELAJAR merupakan jenis BIMBINGAN BELAJAR merupakan jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Berdasarkan pengrtian yang dikemukakan oleh Surya (1988) di atas, BIMBINGAN BELAJAR bisa bermakna bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah pendidikan (dalam arti luas) dan masalah belajar (dalam arti sempit).


B. Tujuan BIMBINGAN BELAJAR
Secara umum oleh karena siswa merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan, maka tujuan BIMBINGAN BELAJAR adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal; sehingga tidak menghambat perkembangan belajar sisqwa. Siswa yang perkembangannya terlambat atau terganggu akan berpengeruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya.
Selain tujuan secara umum di atas, secara lebih khusus berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa tujuan BIMBINGAN BELAJAR adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.dalam konteks kemandirian, tujuan BIMBINGAN BELAJAR adalah agar siswa mandiri dalam belajar.
Kegiatan bimbingan di sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan program kegiatan sekolah, terutama pada BIMBINGAN BELAJAR sehingga dapat diartikan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah merupakan tujuan yang ingin dicapai bimbingan. Yang membedakan diantara keduanya ialah jenis kegiatannya, pendidikan terletak pada proses belajar mengajar yang penekanannya pada usaha-usaha kognitif,afektif dan psikomorik, sedangkan bimbingan terletak pada membina siswa dalam perkembangan pribadi, sosial psikologi, yang didasarkan pada kenyataan yang dihadapi siswa sehingga memerlukan bantuan tenaga profesional kependidikan dalam hal ini adalah guru pembimbing. Proses belajar dapat diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Program-progran pendidikan di sekolah termasuk program layanan bimbingan dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran sehingga proses pendidikan di sekolah akan lebih bermakna sesuai dengan kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakat serta pembangunan.


Dengan perkataan lain, melalui kegiatan bimbingan di sekolah siswa mampu mengembangkan potensi dalam dirinya. Potensi lingkungannya, sehingga ia merencanakan masa depannya serta melanjutkan pendidikan kepada jenjang yang lebih tinngi. Dalam rangka menjawab tantangan masa depan yang lebih komfektif dan komplek, tenaga-tenaga profesional kependidikan mampu memberikan pelayanan yang terbaik pula bagi perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu : ”Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan kemampuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.


C. Aspek-Aspek BIMBINGAN BELAJAR
Siswa di sekolah dan madrasah baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat memiliki masalah yang satu sama lain berbeda tingkat kompleksitasnya. Masalah siswa di sekolah dan madrasah ada yang disebabkan oleh kondisi dari luar diri siswa.
Beberapa aspek masalah belajar yang memerlukan layanan BIMBINGAN BELAJAR atau bimbingan akademik adalah:
1) Kemampauan belajar yang rendah
2) Motivasi belajar yang rendah
3) Minat belajar yang remda
4) Tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu
5) Kesulitan berkonsentrasi dalam belajar
6) Sikap belajar yang tidak terarah
7) Prilaku mal adiptif dalam belajar seperti suka mengganggu teman ketika belajar
8) Prestasi belajar yang rendah
9) Penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar siswa lainnya
10) Pemilihan dan penyaluran jurusan
11) Pemilihan pendidikan lanjutan
12) Gagal ujian atau tidak naik kelas
Menurut Surya (1988) beberapa aspek masalah individu (atau) yang memerlukan layanan BIMBINGAN BELAJAR (bimbingan pendidikan) adalah
1) Pengenalan kurikulum
2) Pemilihan jurusan
3) Cara belajar yang tepat
4) Perencanaan pendidikan. Dan lain sebagainya


D. Fungsi BIMBINGAN BELAJAR
Belajar adalah merupakan kegiatan fisik dan psikis yang tertinggi dalam kehidupan manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat membawa pada perubahan dan peningkatan pandangan sikap dan tingkah laku yang baru dari hasil latihan belajar tersebut. Proses belajar yang terjadi di sekolah harus senantiasa mempunyai tujuan yang jelas dan terarah sebagai pedoman dan panutan dalam aktivitas belajar sebagai seorang siswa, dalam tujuan tersebut pada dasarnya menyangkut penguasaan bidang pengetahuan pembinaan sikap dan pengembangan keterampilan yang merupakan cita-cita sekolah yang diselenggarakan lewat pendidikan dan pengajaran. Menurut Dewa Ketut Sukardi ada dua faktor yang timbul dalam kesulitan belajar, yaitu :


a) Faktor endogen, ialah faktor yang datang dari anak itu sendiri, hal ini dapat bersifat
- Biologis, ialah hambatan yang bersifat kejasmanian.
- Fisikologis, ialah hambatan yang bersifat kejiwaan.
b) Faktor eksogen, ialah hambatan yang dapat timbul dari luar diri anak, faktor ini meliputi : bagaimana cara siswa mengatasi hambatan tersebut tersebut
- Faktor lingkungan keluarga.
- Faktor lingkungan sekolah.
- Faktor lingkungan masyarakat.
Bagaimana cara belajar yg tepat agar mudah dipahami dn di mengerti,,
Kehadiran bimbingan dalam proses pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan, secara keseluruhan dapat berfungsi membantu dan menunjang usaha-usaha kearah kemajuan, kesejahteraan dan tercapainya tujuan pendidikan bagi sekolah maupun bagi anak didik terutama dalam proses belajar mengajar didalam pendidikan dan pengajaran yang dijalankan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran ialah fungsi pemeliharaan yang pengembangan yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Menurut Prayetno, dia mengemukakan ada fungsi pokok pelayanan bimbingan yaitu :
a) Pengenalan diri
Upaya utama didalam bimbingan dalam rangka menemukan dan memberikan pemahaman terhadap potensi dan kemampuan bakat dan minat, kebutuhan-kebutuhan, sifat-sifat kepribadian, permasalahan dan kesulitan-kesulitan para siswa sesuai dengan fakta, data dan impormasi dirinya sehingga ia dapat menggali dirinya secara utuh dan menyeluruh agar dapat disalurkan dengan sewajarnya.
Bagaimana cara memberikan pemahaman terhadap siswa akan potensi dan kemampuan dan minat, serta sifat pribadi,
b) Pencegahan masalah
Di dalam bimbingan terhadap upaya provinsip (pencegahan) dan kuratip (penyuluhan) terhadap segala permasalahan, baik yang belum terjadi maupun yang sedang mengalami kesulitan didalam memecahkannya, kemudian berupaya meluruskan agar para siswa dapat berbuat dan bertindak tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain.
c) Kesejahteraan sekolah
Bimbingan dapat mengefektifkan segala tujuan yang ingin dicapai di sekolah, disamping membantu petugas-petugas sekolah terutama Kepala Sekolah dan guru-guru di dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi atau iklim sekolah yang harmonis, sehat dan dinamis bagi keberhasilan pendidikan dan pengajaran.


E. Bentuk-bentuk layanan BIMBINGAN BELAJAR
Yang lebih tepat, bentuk BIMBINGAN BELAJAR kepada para siswa adlah menyesuaikan dengan masalah belajar yag terjadi dan dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa, guru pembimbing dapat merumuskan program layanan BIMBINGAN BELAJAR kepada para siswa. Beberapa bentuk layanan BIMBINGAN BELAJAR yang bisa diberikan kepada para siswa di sekolah dan madrasah.
1) Orientasi kepada para siswa (khususnya siswa bau) tentang tujuan institusional (tujuan sekolah dan madrasah), isi kurikulum pembelajaran, struktur organisasi sekolah (madrasah), cara-cara belajar yang tepat, penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah atau madrasah.
2) Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan madrasah maupun di rumah baik secara individual maupun kelompok.
3) Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai, memilih kegiatan-kegiatan non akademik yang menunjang usaha belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bantuan ini juga mencakup penyebaran informasi (layanan informasi) tentang program studi yang tersedia pada jenjang pendidikan tertentu.
4) Pengumpulan data siswa (layanan pengumpulan data) yang berkenaan dengan kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita0-cita hidup, pada program-program studi atau jurusan tertentu, dan lain sebagainya.
5) Bantuan dalam mengalami kesulitan-kesulitan belajar seperti, kurang mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ulanganAA atau ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai mata pelajarn, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit cara belajar secara rutin, dan lain sebagainya.
6) Bantuan dalam hal membentuk kelompok belajar dan mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan secara efektif dan efisien.


F. Prosedur BIMBINGAN BELAJAR
Secara umum, prosedur BIMBINGAN BELAJAR dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a) Identifikasi Kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan BIMBINGAN BELAJAR. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan BIMBINGAN BELAJAR, yakni :
- Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
- Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
- Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
- Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
- Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social.
b) Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
c) Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
d) Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
e) Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus).
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
f) Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan BIMBINGAN BELAJAR, yaitu :
- Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas.
- Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan.
- Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
- Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila (a) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.(b) Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi. (c) Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance). (d) Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release). (e) Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya. (f) Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional. (g) Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya

https://www.radarhot.com/p/bimbingan-belajar-bimbel.html




Disqus Comments