Mengapa Matematika Sulit by Bimbel Jakarta Timur



Mengapa Matematika Sulit by Bimbel Jakarta Timur


Dalam Artikel Mengapa Matematika Sulit Bimbel Jakarta Timur dalam Artikel ini mencoba mendapatkan jawabannya dan memberikan Solusi. Semoga Bermanfaat. Secara umum, orang banyak berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, bahkan seringkali menjadi momok yang sangat menakutkan. Untuk beberapa anak bahkan merasa seram dan menganggap bahwa matematika adalah hal yang menakutkan. Akan tetapi selain dianggap sebagai pelajaran yang sulit, matematika juga dianggap sebagai tolok ukur kepandaian seseorang. Jika seorang anak tidak pandai dalam matematika maka dianggap sebagai anak yang tidak pandai, sebaliknya jika seorang anak memiliki kemampuan matematika diatas kemampuan teman lainnya maka dia dianggap anak yang cerdas, jenius.




Benarkah demikian? Benarkah matematika sulit? Benarkah jika seorang anak tidak pandai dalam matematika berarti anak tersebut adalah anak yang bodoh?

Mengapa matematika itu sulit?

Ada beberapa hal yang mungkin jadi penyebabnya.

a. Faktor pemahaman mengenai penggunaan Matematika di dunia nyata

Salah satu alasan terbesar mengapa siswa merasa matematika sulit adalah karena mereka tidak memahami nilainya dalam kehidupan nyata. Sikap ini semakin sulit untuk dihilangkan ketika siswa akan memulai matematika sekolah menengah, yang lebih berbasis teori.

Jika anak anda mempertanyakan nilai kehidupan nyata matematika, jelajahi mengapa mereka berpikir demikian. Anda dapat menjelaskan kepada mereka bahwa matematika menawarkan banyak manfaat dalam kehidupan nyata, termasuk:

Peluang kerja yang lebih baik — Sebagai subjek, keterampilan matematika sangat diminati dan akan memberi anak anda banyak peluang untuk mencapai aspirasi karir masa depan mereka.

Pengelolaan uang yang lebih baik — Mampu memahami topik seperti minat dan penganggaran membantu anak anda menghemat dan mengelola uang dengan lebih efisien, yang berarti lebih banyak peluang bagi mereka untuk menikmati hal-hal favorit mereka.

Keterampilan komputasional — Matematika adalah cara yang bagus untuk mengembangkan keterampilan teknis dalam ilmu komputer, robotika, dan teknik.

Keterampilan pemecahan masalah — Keterampilan yang dipelajari di kelas matematika memberi siswa kemampuan untuk berpikir analitis dan memecahkan masalah menggunakan logika dan penalaran, membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.

 Mengapa Matematika Sulit

b. Faktor orangtua

Orangtua yang memiliki kepercayaan bahwa matematika itu sulit, maka tentunya akan membuat anaknya percaya bahwa matematika itu sulit. Jadi terlebih dahulu orangtua memberikan pemahaman kepada anak bahwa tidak ada hal yang rumit jika kita mau mencoba untuk memahaminya.

Stimulasi dan didikan orangtua sejak kecil juga tentu berpengaruh pada kemampuan anak berlogika dan memahami soal hitungan serta mencari penyelesaiannya. Seorang anak yang sejak kecil sudah distimulasi cara berpikir dan analisanya maka akan lebih mudah memahami banyak pelajaran, bukan hanya matematika. Bukan berarti kita bebankan anak dengan perhitungan atau perkalian sejak dini, tapi ajak anak bermain teka teki dan logika menurut tahapan umurnya.

Ada juga orang tua siswa lebih mementingkan membantu anaknya dengan cara yang curang, misalkan dalam musim pandemi ini siswa lebih banyak belajar melalui online di sekolahnya, dalam pekerjaan rumah bahkan ulangan, hingga ujian sekolah secara online alih-alih membantu mencari cara penyelesaian yang benar secara murni, orang tua malah mencari cara-cara seperti mencontek mencari melalui penelusuran, bahkan memanfaatkan orang lain yang bisa membantu mengisikan jawabannya. Hal ini merupakan preseden buruk yang fatal untuk anak kedepannya !

 

c. Faktor guru

Sebagian besar guru matematika dasar (terutama jenis guru di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama) bukanlah jurusan matematika. Sebaliknya, mereka mendapat gelar mengajar, mengambil beberapa pendidikan lanjutan untuk mengkhususkan diri dalam mengajar matematika, dan ditempatkan pada posisi mengajar matematika.

Sementara mengajar adalah keterampilan dan semua pendidik berharga, ada banyak guru yang merusak harapan siswa mereka untuk memahami konsep matematika karena mereka tidak mempelajarinya sebelum mengajar.

Seringkali guru malah membuat anak menjadi takut ataupun trauma dengan menganggap anak yang tidak bisa menyelesaikan soal matematika ataupun materi yang disampaikan sebagai anak bodoh. Padahal setiap anak tentu memiliki cara berpikir dan daya tangkap yang berbeda. Ada baiknya guru juga mengerti bahwa untuk satu rumus atau soalan tidak harus dijelaskan dengan satu cara. Begitupun dalam menjawab soal, jangan paksa anak untuk benar2 mengikuti cara kita. Karena walaupun matematika adalah ilmu pasti, tetapi kita bisa berkreasi dengan berbagai cara.

Cara mengajar guru yang tidak tuntas juga membuat anak mengalami kesulitan. Seringkali guru tidak benar-benar memahami apa yang dijelaskan, kurang mengerti cara-cara alternatif dalam matematika. hal ini membuat anak juga sulit memahami apa yang disampaikan.

Disisi lain banyak juga guru yang menyepelekan metode dan cara, bahkan membuat kesalahan yang fatal sehingga menyesatkan metode matematika pada siswa. Ingat ! Menyesatkan dan membuat kesalahan siswa, akan membuat kutukan yang menjadikan siswa tersebut seumur hidup membuat kesalahan !

d. Faktor kurikulum dan buku teks

Tuntutan kurikulum yang memberikan beban kepada siswa membuat mereka terlalu lelah untuk mencerna apa yg disampaikan di sekolah. Adakalanya bab-bab pembahasan yang tumpang tindih dan tidak teratur membuat siswa bingung. Ditambah lagi buku teks yang tidak memancing anak untuk ingin tahu. Bahasa yang digunakan seringkali kaku dan sulit dipahami. begitupun dengan soal-soal yang ada.

e. Faktor teman dan lingkungan

Teman dan lingkungan yang menganggap bahwa matematika itu sulit memberikan sugesti kepada anak bahwa matematika itu benar sulit. Teman yang tidak mempunyai keinginan belajar, keingintahuan yang kurang dan menganggap "sudahlah, matematika itu memang susah. Buat apa dipikirkan" akan membuat anak tidak mempunyai keinginan untuk belajar dan mengeksplorasi kemampuannya. Teman dan lingkungan yang prioritasnya pada hal-hal lain seperti game ataupun pergaulan membuat anak enggan belajar karena dianggap tidak penting dan hanya menjadi beban.

f. Faktor diri sendiri

Bagaimanapun, kesulitan yang kita rasakan maka akan kembali kepada sikap dan cara berpikir kita sendiri. Seringkali kita lah yang membuat suatu hal terlihat rumit atau menjadi lebih rumit dari sebenarnya.

  • Tidak percaya diri

Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri bisa menghambat kemajuan diri. Jika kita percaya bahwa satu hal adalah sulit, maka kita akan menemukan kesulitan. Jika kita percaya bahwa kita bisa dan menantang diri sendiri untuk bisa, maka kita akan menemukan jalan menyelesaikannya.
Banyak pelajaran matematika dimulai dengan seorang guru mempresentasikan masalah matematika di depan kelas dan membimbing mereka melalui metode langkah demi langkah untuk membantu mereka menyelesaikannya.
Setelah melihat guru memecahkan masalah menggunakan metode tertentu, anak anda mungkin merasa cukup percaya diri untuk mencobanya sendiri.
Tetapi ketika mereka dihadapkan dengan masalah yang lebih menantang di kemudian hari, mereka mungkin menyadari bahwa mereka tidak sepenuhnya memahami metode yang diajarkan di kelas. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri anak anda. Mereka bahkan mungkin menghindari memberi tahu guru mereka, karena mereka merasa malu karena tidak memahami metodenya.

  • Rasa Malas

Hal yang paling sering menghambat keberhasilan seseorang adalah rasa malas. Hal ini bisa timbul karena terlalu percaya diri hingga merasa tak perlu berlatih, juga bisa terjadi karena merasa tidak akan bisa ataupun merasa tidak penting. Pernahkah kita pikirkan mengapa masakan ibu kita enak? Karena ibu telah melakukannya berkali-kali, pernah gagal dan mengahsilkan makanan yang kurang enak tapi ibu kita tetap berlatih terus memasak untuk kita hingga pada akhirnya beliau bisa memberikan masakan yang enak. Seperti itulah seharusnya kita, berlatih dan ulang-ulang lagi pelajaran yang kita dapat. Dengan begitu kita akan menemukan dimana kesulitan kita, dimana kita bisa menyelesaikannya.. Bahkan orang yang pintar sekalipun jika tidak ingin berlatih maka kemampuannya tidak akan sempurna. Work hard beats talent, kerja keras mengalahkan bakat.

  • Pikiran matematika tidak berguna

Seringkali muncul pertanyaan, "Apakah rumus ini dipakai kalau kita kerja nanti? Apakah pelajaran-pelajaran ini akan ada gunanya pada kehidupan kita di masa depan?". Pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali membuat kita enggan mempelajari matematika. Saya ingin jadi dokter lalu buat apa saya belajar trigonometri. Hei, apa yang dilakukan oleh seorang atlet basket ketika berlatih? Dia tidak hanya berlatih mengoper dan menggiring bola, tapi juga push-up dan latihan-latihan lain. Apakah atlet basket itu melakukan push-up ketika bertanding? Tentu tidak, tapi latihan tersebut melatih kekuatannya.

Begitupun pelajaran matematika, kita mungkin tidak memakai persamaan-persamaan aljabar dalam kehidupan kita. tapi itu membantu cara analisa dan logika kita.

  • Berpikir terlalu rumit

Hal yang lucu adalah ketika seorang siswa sulit menghitung persentase untung rugi menggunakan rumus yang diberikan tapi akan dengan mudah menghitung untung rugi dalam kehidupan sehari-hari. Karena sudah berpikir matematika adalah hal yang rumit maka ketika melihat rumus sudah merasa terintimidasi. Padahal ketika dicoba mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari akan lebih mudah untuk dipahami.

  • Masalah Diskalkulia dan Disleksia 

Diskalkulia adalah kesulitan belajar yang menyebabkan siswa berjuang dengan matematika di banyak tingkatan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rumus, bentuk, dan perbandingan hubungan antara ruang dan besaran akan membuat siswa mengalami kesulitan diskalkulia. Hal ini membuat mereka sulit untuk memecahkan masalah matematika dasar dan abstrak. Siswa-siswa ini biasanya tertinggal jauh di belakang siswa matematika lainnya di tingkat kelas mereka.

Disleksia adalah gangguan belajar yang melibatkan kesulitan membaca karena masalah mengidentifikasi suara bicara dan belajar bagaimana mereka berhubungan dengan huruf dan kata. Siswa dengan disleksia akan memiliki masalah serius bekerja dengan masalah kata.

Kedua kondisi ini dianggap sebagai ketidakmampuan belajar dan harus didiagnosis dan diobati jika anda menduga bahwa anda atau seseorang yang anda kenal menderita penyakit tersebut. Mereka tidak hanya dapat mempengaruhi siswa di sekolah, tetapi juga dapat memberikan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Apakah anak yang tidak pintar matematika adalah anak bodoh?

Tentu saja tidak, setiap anak adalah unik, setiap anak adalah istimewa. Matematika melatih kemampuan logika, menganalisa pola dan penyelesaian masalah. Tapi bukan berarti anak yang kemampuan matematikanya tidak cemerlang artinya dia anak yang bodoh. Beri anak kesempatan mengeksplorasi kemampuannya yang lain. Yakinkan mereka untuk berusaha maksimal pada apapun hal positif yang mereka sukai tanpa mengensampingkan pelajaran sekolah.

Matematika itu menyenangkan

Ya, matematika itu tidak sulit bahkan matematika itu mudah dan menyenangkan. Sama menyenangkannya dengan menjawab teka-teki, sama menyenangkannya dengan bermain tebak-tebakan. bayangkan bagaimana menyenangkannya ketika kita mampu menyelesaikan sebuah teka-teki.

Pada sebagian pelajaran matematika, akan lebih mudah jika kita memahaminya dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Jangan terpaku pada rumus, jangan dihapalkan tapi dipahami. Perhatikan pola-pola yang ada, berlatihlah maka kita akan paham dengan sendirinya. Jangan batasi pemahaman kita dengan rumus dan cara yang ada.

https://www.radarhot.com/2017/04/mengapa-matematika-sulit.html





Mengapa Matematika Sulit by Bimbel Jakarta Timur


Dalam Artikel Mengapa Matematika Sulit Bimbel Jakarta Timur dalam Artikel ini mencoba mendapatkan jawabannya dan memberikan Solusi. Semoga Bermanfaat. Secara umum, orang banyak berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, bahkan seringkali menjadi momok yang sangat menakutkan. Untuk beberapa anak bahkan merasa seram dan menganggap bahwa matematika adalah hal yang menakutkan. Akan tetapi selain dianggap sebagai pelajaran yang sulit, matematika juga dianggap sebagai tolok ukur kepandaian seseorang. Jika seorang anak tidak pandai dalam matematika maka dianggap sebagai anak yang tidak pandai, sebaliknya jika seorang anak memiliki kemampuan matematika diatas kemampuan teman lainnya maka dia dianggap anak yang cerdas, jenius.




Benarkah demikian? Benarkah matematika sulit? Benarkah jika seorang anak tidak pandai dalam matematika berarti anak tersebut adalah anak yang bodoh?

Mengapa matematika itu sulit?

Ada beberapa hal yang mungkin jadi penyebabnya.

a. Faktor pemahaman mengenai penggunaan Matematika di dunia nyata

Salah satu alasan terbesar mengapa siswa merasa matematika sulit adalah karena mereka tidak memahami nilainya dalam kehidupan nyata. Sikap ini semakin sulit untuk dihilangkan ketika siswa akan memulai matematika sekolah menengah, yang lebih berbasis teori.

Jika anak anda mempertanyakan nilai kehidupan nyata matematika, jelajahi mengapa mereka berpikir demikian. Anda dapat menjelaskan kepada mereka bahwa matematika menawarkan banyak manfaat dalam kehidupan nyata, termasuk:

Peluang kerja yang lebih baik — Sebagai subjek, keterampilan matematika sangat diminati dan akan memberi anak anda banyak peluang untuk mencapai aspirasi karir masa depan mereka.

Pengelolaan uang yang lebih baik — Mampu memahami topik seperti minat dan penganggaran membantu anak anda menghemat dan mengelola uang dengan lebih efisien, yang berarti lebih banyak peluang bagi mereka untuk menikmati hal-hal favorit mereka.

Keterampilan komputasional — Matematika adalah cara yang bagus untuk mengembangkan keterampilan teknis dalam ilmu komputer, robotika, dan teknik.

Keterampilan pemecahan masalah — Keterampilan yang dipelajari di kelas matematika memberi siswa kemampuan untuk berpikir analitis dan memecahkan masalah menggunakan logika dan penalaran, membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.

 Mengapa Matematika Sulit

b. Faktor orangtua

Orangtua yang memiliki kepercayaan bahwa matematika itu sulit, maka tentunya akan membuat anaknya percaya bahwa matematika itu sulit. Jadi terlebih dahulu orangtua memberikan pemahaman kepada anak bahwa tidak ada hal yang rumit jika kita mau mencoba untuk memahaminya.

Stimulasi dan didikan orangtua sejak kecil juga tentu berpengaruh pada kemampuan anak berlogika dan memahami soal hitungan serta mencari penyelesaiannya. Seorang anak yang sejak kecil sudah distimulasi cara berpikir dan analisanya maka akan lebih mudah memahami banyak pelajaran, bukan hanya matematika. Bukan berarti kita bebankan anak dengan perhitungan atau perkalian sejak dini, tapi ajak anak bermain teka teki dan logika menurut tahapan umurnya.

Ada juga orang tua siswa lebih mementingkan membantu anaknya dengan cara yang curang, misalkan dalam musim pandemi ini siswa lebih banyak belajar melalui online di sekolahnya, dalam pekerjaan rumah bahkan ulangan, hingga ujian sekolah secara online alih-alih membantu mencari cara penyelesaian yang benar secara murni, orang tua malah mencari cara-cara seperti mencontek mencari melalui penelusuran, bahkan memanfaatkan orang lain yang bisa membantu mengisikan jawabannya. Hal ini merupakan preseden buruk yang fatal untuk anak kedepannya !

 

c. Faktor guru

Sebagian besar guru matematika dasar (terutama jenis guru di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama) bukanlah jurusan matematika. Sebaliknya, mereka mendapat gelar mengajar, mengambil beberapa pendidikan lanjutan untuk mengkhususkan diri dalam mengajar matematika, dan ditempatkan pada posisi mengajar matematika.

Sementara mengajar adalah keterampilan dan semua pendidik berharga, ada banyak guru yang merusak harapan siswa mereka untuk memahami konsep matematika karena mereka tidak mempelajarinya sebelum mengajar.

Seringkali guru malah membuat anak menjadi takut ataupun trauma dengan menganggap anak yang tidak bisa menyelesaikan soal matematika ataupun materi yang disampaikan sebagai anak bodoh. Padahal setiap anak tentu memiliki cara berpikir dan daya tangkap yang berbeda. Ada baiknya guru juga mengerti bahwa untuk satu rumus atau soalan tidak harus dijelaskan dengan satu cara. Begitupun dalam menjawab soal, jangan paksa anak untuk benar2 mengikuti cara kita. Karena walaupun matematika adalah ilmu pasti, tetapi kita bisa berkreasi dengan berbagai cara.

Cara mengajar guru yang tidak tuntas juga membuat anak mengalami kesulitan. Seringkali guru tidak benar-benar memahami apa yang dijelaskan, kurang mengerti cara-cara alternatif dalam matematika. hal ini membuat anak juga sulit memahami apa yang disampaikan.

Disisi lain banyak juga guru yang menyepelekan metode dan cara, bahkan membuat kesalahan yang fatal sehingga menyesatkan metode matematika pada siswa. Ingat ! Menyesatkan dan membuat kesalahan siswa, akan membuat kutukan yang menjadikan siswa tersebut seumur hidup membuat kesalahan !

d. Faktor kurikulum dan buku teks

Tuntutan kurikulum yang memberikan beban kepada siswa membuat mereka terlalu lelah untuk mencerna apa yg disampaikan di sekolah. Adakalanya bab-bab pembahasan yang tumpang tindih dan tidak teratur membuat siswa bingung. Ditambah lagi buku teks yang tidak memancing anak untuk ingin tahu. Bahasa yang digunakan seringkali kaku dan sulit dipahami. begitupun dengan soal-soal yang ada.

e. Faktor teman dan lingkungan

Teman dan lingkungan yang menganggap bahwa matematika itu sulit memberikan sugesti kepada anak bahwa matematika itu benar sulit. Teman yang tidak mempunyai keinginan belajar, keingintahuan yang kurang dan menganggap "sudahlah, matematika itu memang susah. Buat apa dipikirkan" akan membuat anak tidak mempunyai keinginan untuk belajar dan mengeksplorasi kemampuannya. Teman dan lingkungan yang prioritasnya pada hal-hal lain seperti game ataupun pergaulan membuat anak enggan belajar karena dianggap tidak penting dan hanya menjadi beban.

f. Faktor diri sendiri

Bagaimanapun, kesulitan yang kita rasakan maka akan kembali kepada sikap dan cara berpikir kita sendiri. Seringkali kita lah yang membuat suatu hal terlihat rumit atau menjadi lebih rumit dari sebenarnya.

  • Tidak percaya diri

Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri bisa menghambat kemajuan diri. Jika kita percaya bahwa satu hal adalah sulit, maka kita akan menemukan kesulitan. Jika kita percaya bahwa kita bisa dan menantang diri sendiri untuk bisa, maka kita akan menemukan jalan menyelesaikannya.
Banyak pelajaran matematika dimulai dengan seorang guru mempresentasikan masalah matematika di depan kelas dan membimbing mereka melalui metode langkah demi langkah untuk membantu mereka menyelesaikannya.
Setelah melihat guru memecahkan masalah menggunakan metode tertentu, anak anda mungkin merasa cukup percaya diri untuk mencobanya sendiri.
Tetapi ketika mereka dihadapkan dengan masalah yang lebih menantang di kemudian hari, mereka mungkin menyadari bahwa mereka tidak sepenuhnya memahami metode yang diajarkan di kelas. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri anak anda. Mereka bahkan mungkin menghindari memberi tahu guru mereka, karena mereka merasa malu karena tidak memahami metodenya.

  • Rasa Malas

Hal yang paling sering menghambat keberhasilan seseorang adalah rasa malas. Hal ini bisa timbul karena terlalu percaya diri hingga merasa tak perlu berlatih, juga bisa terjadi karena merasa tidak akan bisa ataupun merasa tidak penting. Pernahkah kita pikirkan mengapa masakan ibu kita enak? Karena ibu telah melakukannya berkali-kali, pernah gagal dan mengahsilkan makanan yang kurang enak tapi ibu kita tetap berlatih terus memasak untuk kita hingga pada akhirnya beliau bisa memberikan masakan yang enak. Seperti itulah seharusnya kita, berlatih dan ulang-ulang lagi pelajaran yang kita dapat. Dengan begitu kita akan menemukan dimana kesulitan kita, dimana kita bisa menyelesaikannya.. Bahkan orang yang pintar sekalipun jika tidak ingin berlatih maka kemampuannya tidak akan sempurna. Work hard beats talent, kerja keras mengalahkan bakat.

  • Pikiran matematika tidak berguna

Seringkali muncul pertanyaan, "Apakah rumus ini dipakai kalau kita kerja nanti? Apakah pelajaran-pelajaran ini akan ada gunanya pada kehidupan kita di masa depan?". Pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali membuat kita enggan mempelajari matematika. Saya ingin jadi dokter lalu buat apa saya belajar trigonometri. Hei, apa yang dilakukan oleh seorang atlet basket ketika berlatih? Dia tidak hanya berlatih mengoper dan menggiring bola, tapi juga push-up dan latihan-latihan lain. Apakah atlet basket itu melakukan push-up ketika bertanding? Tentu tidak, tapi latihan tersebut melatih kekuatannya.

Begitupun pelajaran matematika, kita mungkin tidak memakai persamaan-persamaan aljabar dalam kehidupan kita. tapi itu membantu cara analisa dan logika kita.

  • Berpikir terlalu rumit

Hal yang lucu adalah ketika seorang siswa sulit menghitung persentase untung rugi menggunakan rumus yang diberikan tapi akan dengan mudah menghitung untung rugi dalam kehidupan sehari-hari. Karena sudah berpikir matematika adalah hal yang rumit maka ketika melihat rumus sudah merasa terintimidasi. Padahal ketika dicoba mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari akan lebih mudah untuk dipahami.

  • Masalah Diskalkulia dan Disleksia 

Diskalkulia adalah kesulitan belajar yang menyebabkan siswa berjuang dengan matematika di banyak tingkatan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rumus, bentuk, dan perbandingan hubungan antara ruang dan besaran akan membuat siswa mengalami kesulitan diskalkulia. Hal ini membuat mereka sulit untuk memecahkan masalah matematika dasar dan abstrak. Siswa-siswa ini biasanya tertinggal jauh di belakang siswa matematika lainnya di tingkat kelas mereka.

Disleksia adalah gangguan belajar yang melibatkan kesulitan membaca karena masalah mengidentifikasi suara bicara dan belajar bagaimana mereka berhubungan dengan huruf dan kata. Siswa dengan disleksia akan memiliki masalah serius bekerja dengan masalah kata.

Kedua kondisi ini dianggap sebagai ketidakmampuan belajar dan harus didiagnosis dan diobati jika anda menduga bahwa anda atau seseorang yang anda kenal menderita penyakit tersebut. Mereka tidak hanya dapat mempengaruhi siswa di sekolah, tetapi juga dapat memberikan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Apakah anak yang tidak pintar matematika adalah anak bodoh?

Tentu saja tidak, setiap anak adalah unik, setiap anak adalah istimewa. Matematika melatih kemampuan logika, menganalisa pola dan penyelesaian masalah. Tapi bukan berarti anak yang kemampuan matematikanya tidak cemerlang artinya dia anak yang bodoh. Beri anak kesempatan mengeksplorasi kemampuannya yang lain. Yakinkan mereka untuk berusaha maksimal pada apapun hal positif yang mereka sukai tanpa mengensampingkan pelajaran sekolah.

Matematika itu menyenangkan

Ya, matematika itu tidak sulit bahkan matematika itu mudah dan menyenangkan. Sama menyenangkannya dengan menjawab teka-teki, sama menyenangkannya dengan bermain tebak-tebakan. bayangkan bagaimana menyenangkannya ketika kita mampu menyelesaikan sebuah teka-teki.

Pada sebagian pelajaran matematika, akan lebih mudah jika kita memahaminya dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Jangan terpaku pada rumus, jangan dihapalkan tapi dipahami. Perhatikan pola-pola yang ada, berlatihlah maka kita akan paham dengan sendirinya. Jangan batasi pemahaman kita dengan rumus dan cara yang ada.

https://www.radarhot.com/2017/04/mengapa-matematika-sulit.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar