Benarkah demikian? Benarkah matematika sulit? Benarkah jika seorang anak tidak pandai dalam matematika berarti anak tersebut adalah anak yang bodoh?
Mengapa matematika itu sulit?
Ada beberapa hal yang mungkin jadi penyebabnya.
a. Faktor pemahaman mengenai penggunaan Matematika di dunia nyata
Salah satu alasan terbesar mengapa siswa merasa matematika sulit adalah karena mereka tidak memahami nilainya dalam kehidupan nyata. Sikap ini semakin sulit untuk dihilangkan ketika siswa akan memulai matematika sekolah menengah, yang lebih berbasis teori.
Jika anak anda mempertanyakan nilai kehidupan nyata matematika, jelajahi mengapa mereka berpikir demikian. Anda dapat menjelaskan kepada mereka bahwa matematika menawarkan banyak manfaat dalam kehidupan nyata, termasuk:
Peluang kerja yang lebih baik — Sebagai subjek, keterampilan matematika sangat diminati dan akan memberi anak anda banyak peluang untuk mencapai aspirasi karir masa depan mereka.
Pengelolaan uang yang lebih baik — Mampu memahami topik seperti minat dan penganggaran membantu anak anda menghemat dan mengelola uang dengan lebih efisien, yang berarti lebih banyak peluang bagi mereka untuk menikmati hal-hal favorit mereka.
Keterampilan komputasional — Matematika adalah cara yang bagus untuk mengembangkan keterampilan teknis dalam ilmu komputer, robotika, dan teknik.
Keterampilan pemecahan masalah — Keterampilan yang dipelajari di kelas matematika memberi siswa kemampuan untuk berpikir analitis dan memecahkan masalah menggunakan logika dan penalaran, membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.
b. Faktor orangtua
Orangtua yang memiliki
kepercayaan bahwa matematika itu sulit, maka tentunya akan membuat anaknya
percaya bahwa matematika itu sulit. Jadi terlebih dahulu orangtua memberikan
pemahaman kepada anak bahwa tidak ada hal yang rumit jika kita mau mencoba untuk
memahaminya.
Stimulasi dan didikan
orangtua sejak kecil juga tentu berpengaruh pada kemampuan anak berlogika dan
memahami soal hitungan serta mencari penyelesaiannya. Seorang anak yang sejak
kecil sudah distimulasi cara berpikir dan analisanya maka akan lebih mudah
memahami banyak pelajaran, bukan hanya matematika. Bukan berarti kita bebankan
anak dengan perhitungan atau perkalian sejak dini, tapi ajak anak bermain teka
teki dan logika menurut tahapan umurnya.
Ada juga orang tua siswa lebih mementingkan membantu anaknya dengan cara yang curang, misalkan dalam musim pandemi ini siswa lebih banyak belajar melalui online di sekolahnya, dalam pekerjaan rumah bahkan ulangan, hingga ujian sekolah secara online alih-alih membantu mencari cara penyelesaian yang benar secara murni, orang tua malah mencari cara-cara seperti mencontek mencari melalui penelusuran, bahkan memanfaatkan orang lain yang bisa membantu mengisikan jawabannya. Hal ini merupakan preseden buruk yang fatal untuk anak kedepannya !
c. Faktor guru
Sebagian besar guru matematika dasar (terutama jenis guru di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama) bukanlah jurusan matematika. Sebaliknya, mereka mendapat gelar mengajar, mengambil beberapa pendidikan lanjutan untuk mengkhususkan diri dalam mengajar matematika, dan ditempatkan pada posisi mengajar matematika.
Sementara mengajar adalah keterampilan dan semua pendidik berharga, ada banyak guru yang merusak harapan siswa mereka untuk memahami konsep matematika karena mereka tidak mempelajarinya sebelum mengajar.
Seringkali guru malah
membuat anak menjadi takut ataupun trauma dengan menganggap anak yang tidak
bisa menyelesaikan soal matematika ataupun materi yang disampaikan sebagai anak
bodoh. Padahal setiap anak tentu memiliki cara berpikir dan daya tangkap yang
berbeda. Ada baiknya guru juga mengerti bahwa untuk satu rumus atau soalan
tidak harus dijelaskan dengan satu cara. Begitupun dalam menjawab soal, jangan
paksa anak untuk benar2 mengikuti cara kita. Karena walaupun matematika adalah
ilmu pasti, tetapi kita bisa berkreasi dengan berbagai cara.
Cara mengajar guru yang tidak tuntas juga membuat anak mengalami kesulitan. Seringkali guru tidak benar-benar memahami apa yang dijelaskan, kurang mengerti cara-cara alternatif dalam matematika. hal ini membuat anak juga sulit memahami apa yang disampaikan.
Disisi lain banyak juga guru yang menyepelekan metode dan cara, bahkan membuat kesalahan yang fatal sehingga menyesatkan metode matematika pada siswa. Ingat ! Menyesatkan dan membuat kesalahan siswa, akan membuat kutukan yang menjadikan siswa tersebut seumur hidup membuat kesalahan !
d. Faktor kurikulum dan buku teks
Tuntutan kurikulum yang
memberikan beban kepada siswa membuat mereka terlalu lelah untuk mencerna apa yg
disampaikan di sekolah. Adakalanya bab-bab pembahasan yang tumpang tindih dan
tidak teratur membuat siswa bingung. Ditambah lagi buku teks yang tidak
memancing anak untuk ingin tahu. Bahasa yang digunakan seringkali kaku dan
sulit dipahami. begitupun dengan soal-soal yang ada.
e. Faktor teman dan lingkungan
Teman dan lingkungan
yang menganggap bahwa matematika itu sulit memberikan sugesti kepada anak bahwa
matematika itu benar sulit. Teman yang tidak mempunyai keinginan belajar,
keingintahuan yang kurang dan menganggap "sudahlah, matematika itu memang
susah. Buat apa dipikirkan" akan membuat anak tidak mempunyai keinginan
untuk belajar dan mengeksplorasi kemampuannya. Teman dan lingkungan yang
prioritasnya pada hal-hal lain seperti game ataupun pergaulan membuat anak
enggan belajar karena dianggap tidak penting dan hanya menjadi beban.
f. Faktor diri sendiri
Bagaimanapun, kesulitan
yang kita rasakan maka akan kembali kepada sikap dan cara berpikir kita
sendiri. Seringkali kita lah yang membuat suatu hal terlihat rumit atau menjadi
lebih rumit dari sebenarnya.
- Tidak percaya diri
Tidak percaya pada
kemampuan diri sendiri bisa menghambat kemajuan diri. Jika kita percaya bahwa
satu hal adalah sulit, maka kita akan menemukan kesulitan. Jika kita percaya
bahwa kita bisa dan menantang diri sendiri untuk bisa, maka kita akan menemukan
jalan menyelesaikannya.Banyak pelajaran matematika dimulai dengan seorang guru mempresentasikan masalah matematika di depan kelas dan membimbing mereka melalui metode langkah demi langkah untuk membantu mereka menyelesaikannya.
Setelah melihat guru memecahkan masalah menggunakan metode tertentu, anak anda mungkin merasa cukup percaya diri untuk mencobanya sendiri.
Tetapi ketika mereka dihadapkan dengan masalah yang lebih menantang di kemudian hari, mereka mungkin menyadari bahwa mereka tidak sepenuhnya memahami metode yang diajarkan di kelas. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri anak anda. Mereka bahkan mungkin menghindari memberi tahu guru mereka, karena mereka merasa malu karena tidak memahami metodenya.
- Rasa Malas
Hal yang paling sering
menghambat keberhasilan seseorang adalah rasa malas. Hal ini bisa timbul karena
terlalu percaya diri hingga merasa tak perlu berlatih, juga bisa terjadi karena
merasa tidak akan bisa ataupun merasa tidak penting. Pernahkah kita pikirkan
mengapa masakan ibu kita enak? Karena ibu telah melakukannya berkali-kali,
pernah gagal dan mengahsilkan makanan yang kurang enak tapi ibu kita tetap
berlatih terus memasak untuk kita hingga pada akhirnya beliau bisa memberikan
masakan yang enak. Seperti itulah seharusnya kita, berlatih dan ulang-ulang
lagi pelajaran yang kita dapat. Dengan begitu kita akan menemukan dimana
kesulitan kita, dimana kita bisa menyelesaikannya.. Bahkan orang yang pintar
sekalipun jika tidak ingin berlatih maka kemampuannya tidak akan sempurna. Work
hard beats talent, kerja keras mengalahkan bakat.
- Pikiran matematika
tidak berguna
Seringkali muncul
pertanyaan, "Apakah rumus ini dipakai kalau kita kerja nanti? Apakah
pelajaran-pelajaran ini akan ada gunanya pada kehidupan kita di masa
depan?". Pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali membuat kita enggan
mempelajari matematika. Saya ingin jadi dokter lalu buat apa saya belajar
trigonometri. Hei, apa yang dilakukan oleh seorang atlet basket ketika berlatih?
Dia tidak hanya berlatih mengoper dan menggiring bola, tapi juga push-up dan
latihan-latihan lain. Apakah atlet basket itu melakukan push-up ketika
bertanding? Tentu tidak, tapi latihan tersebut melatih kekuatannya.
Begitupun pelajaran matematika, kita mungkin tidak memakai persamaan-persamaan aljabar dalam kehidupan kita. tapi itu membantu cara analisa dan logika kita.
- Berpikir terlalu rumit
Hal yang lucu adalah
ketika seorang siswa sulit menghitung persentase untung rugi menggunakan rumus
yang diberikan tapi akan dengan mudah menghitung untung rugi dalam kehidupan
sehari-hari. Karena sudah berpikir matematika adalah hal yang rumit maka ketika
melihat rumus sudah merasa terintimidasi. Padahal ketika dicoba mengkaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari akan lebih mudah untuk dipahami.
- Masalah Diskalkulia dan Disleksia
Apakah anak yang tidak pintar matematika adalah anak bodoh?
Tentu saja tidak, setiap anak adalah unik, setiap anak adalah istimewa. Matematika melatih kemampuan logika, menganalisa pola dan penyelesaian masalah. Tapi bukan berarti anak yang kemampuan matematikanya tidak cemerlang artinya dia anak yang bodoh. Beri anak kesempatan mengeksplorasi kemampuannya yang lain. Yakinkan mereka untuk berusaha maksimal pada apapun hal positif yang mereka sukai tanpa mengensampingkan pelajaran sekolah.
Matematika itu menyenangkan
Ya, matematika itu tidak sulit bahkan matematika itu mudah dan menyenangkan. Sama menyenangkannya dengan menjawab teka-teki, sama menyenangkannya dengan bermain tebak-tebakan. bayangkan bagaimana menyenangkannya ketika kita mampu menyelesaikan sebuah teka-teki.
Pada sebagian pelajaran matematika, akan lebih mudah jika kita memahaminya dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Jangan terpaku pada rumus, jangan dihapalkan tapi dipahami. Perhatikan pola-pola yang ada, berlatihlah maka kita akan paham dengan sendirinya. Jangan batasi pemahaman kita dengan rumus dan cara yang ada.